Selasa, 20 Desember 2016

kelangsungan organisme 15320024

A.   Identitas
·         Nama                          : yuyun sri wahyuni
·         NPM                            : 15320024
·         Prodi                            : Pendidikan biologi
·         Kelas                           : A
·         Mata kuliah                 : Telaah biologi
·         Dosen pengampau     : Dr. Muhfahroyin M.Ta. dan Agil  Lepiyanto ,M.Pd
·         Pertemuan-ke             : 8 (delapan)

B.   Pengantar
Assalamualaikum wr,wb
Dengan mengucap syukur alhamdullilah atas kehadirat allah subhanahu wat’ala yang telah memberikan rahmat karunianya, kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan hasil ringkasan materi Telaah Biologi Smp.
Penyusunan ringkasan materi ini adalah sebagai bukti bahwa saya telah melaksanakan dan menyelesaikan tugas ringkasan Materi Telaah Biologi Smp Pertemuan ke-8 dengan materiKelangsungan Hidup Organisme .Saya menyadari bahawa penyusunan jurnal ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca sangat saya harapkan.
Harapan saya semoga penyusunan jurnal yang memuat pengetahuan yang didapat selama pertemuan ke- matakuliah Telaah Biologi Smp.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Penyusun,
yuyun sri wahyuni

C.   Subtansi Kajian
1.       Adaptasi
2.       Seleksi Alam
3.    Perkembangbiakan

D.   Review Pembelajaran

1.      Adaptasi Morfologi Apa yang dimaksud dengan adaptasi morfologi? Adaptasi morfologi adalah penyesuaian makhluk hidup melalui perubahan bentuk organ tubuh yang berlangsung sangat lama. Adaptasi ini sangat mudah dikenali dan mudah diamati karena tampak dari luar. Berbagai contoh adaptasi morfologi sebagai berikut. a.       Adaptasi morfologi pada paruh burung Apa jenis makanan berbagai macam burung yang ada di sekitarmu? Kalau kita amati, ada burung yang memakan biji-bijian, ada yang memakan serangga, ada yang memakan daging, dan ada yang mengisap madu. Untuk mengambil makanan dari lingkungannya, burung memerlukan paruh yang sesuai dengan makannya. Bentuk paruh burung nuri pendek dan kuat, sesuai dengan makanannya yang berupa biji-bijian. Bentuk paruh burung elang runcing agak panjang dan ujung paruh atas agak membengkok ke bawah. Bentuk paruh seperti itu cocok untuk merobek daging. Bentuk paruh burung pelikan panjang, lebar, dan agak berkantong. Hal itu disesuaikan dengan jenis makannya yang licin, misalnya ikan. Bentuk paruh burung kolibri khas sekali sekali sebagai penghisap madu, yaitu kecil, runcing, dan panjang. Aneka ragam bentuk paruh burung sesuai dengan jenis makanan itulah yang merupakan bentuk adaptasi morfologi.   Gambar berbagai bentuk paruh burung b.       Adaptasi morfologi pada kaki burung            Selain dapat dilihat dari bentuk paruhnya, adaptasi morfologi pada burung juga dapat dilihat dari bentu kakinya. Ada kaki burung petengger, kaki pemanjat, kaki burung perenang, dan ada pula kaki burung pencengkram. Dapatkah kamu menyebutkan bentuk kaki burung lainnya? Pada umumnya burung petengger mempunyai jari kaki panjang dan semua jari terletak pada satu bidang datar. Bentuk kaki seperti itu cocok untuk hingga pada ranting-ranting pohon yang kecil, contohnya burung kutilang. Kaki burung pemanjat mempunyai dua jari ke depan dan dua jari ke belakang, misalnya kaki burung pelatuk. Kaki burung perenang, terdapat selaput renang di antara jari-jarinya. Burung yang biasa berenang, misalnya angsa, itik, pinguin, dan pelikan. Kaki burung pencengkram mempunyai ukuran yang pendek dan cakarnya sangat tajam. Jika sedang mencengkram mangsa, jari depannya dapat diputar ke belakang. Burung yang mempunyai kaki seperti itu, misalnya burung elang, rajawali, dan burung hantu.         Gambar berbagai bentuk kaki burung c.       Adaptasi morfologi pada mulut serangga Adaptasi morfologi pada serangga dapat kita lihat pada tipe mulutnya. Bagian mulut serangga umumnya terdiri dari satu bibir atas, sepasang rahang (mandibula), satu hipofaring, sepasang maksila, dan satu bibir bawah. Pada belalang, jangkrik, dan kecoa mulutnya dilengkapi dengan rahang atas dan rahang bawah yang sangat kuat. Tipe mulut seperti pada serangga tersebut dinamakan tipe mulut penggigit. Kutu dan nyamuuk mukutnya mempunyai rahang yang panjang dan runcing, sehingga memungkinkan untuk menusuk kulit manusia atau hewan lain. Tipe mulut seperti itu dinamakan tiep mulut penusuk-pengisap. Kupu-kupu mulutnya dilengkapi dengan alat seperti belalai yang panajng dan digulung. Tipe mulut seperti pada kupu-kupu tersebut dinamakan tipe mulut pengisap. Lebah madu dan lalat mulutnya dilengkapi dengan alat untuk menjilat atau bibir. Tipe mulut seperti itu disebut tipe mulut pengisap-penjilat.   1.      Adaptasi Fisiologi Berbeda dengan adaptasi morfologi yang tampak dari luar diri makhluk hidup, adaptasi fisiologi tidak begitu tampak sehingga sulit mengenalinya. Hal ini karena berkaitan dengan fungsi organ tubuh bagian dalam. Beberapa contoh adaptasi fisiologi pada makhluk hidup sebagai berikut. a.       Adaptasi terhadap kadar oksigen Oksigen merupakan zat yang sangat diperlukan makhluk hidup untuk pernapasan. Oleh karena itu, perubahan kadar zat tersebut di lingkungan akan sangat memengaruhi aktivitas organ tubuh. Di berbagai tempat dengan ketinggian yang berbeda, kadar oksigennya akan berbeda. Kadar oksigen di dataran rendah cukup tinggi. Makin tinggi suatu tempat, kadar oksigennya semakin rendah. Apa yang terjadi, jika seseorang berpindah dari dataran rendah ke dataran tinggi atau sebaliknya? Ingatlah bahwa oksigen dari alat pernapasan diangkut ke sel-sel tubuh oleh sel darah merah (eritrosit). Di dataran rendah kadar oksigen udara cukup tinggi sehingga absorbsi oksigen oleh pembuluh kapiler dapat berlangsung secara efektif dengan jumlah eritrosit yang normal. Apa yang akan terjadi jika orang yang jumlah eritrositnya normal pindah ke dataran tinggi yang kadar oksigennya rendah? Karena yang bertugas mengangkut oksigen di dalam tubuh adalah eritrosit, tubuh akan beradaptasi secara fisiologis dengan meningkatkan jumlah eritrosit. Dengan demikian, pengangkutan oksigen di dalam alat pernapasan dapat berjalan dengan efektif. a.       Adaptasi terhadap sistem pencernaan Pernahkah kamu melihat saluran pencernaan herbivora, misalnya sapi? Saluran pencernaan herbivora panjang dan menghasilkan enzim selulase yang dapat menguraikan selulosa. Dengan adanya selulase, pencernaan makanan yang berupa tumbuhan menjadi lebih mudah. Ingatlah, sel tumbuhan mempunyai dinding yang kuat, yang sangat sulit dicerna hewan. Adaptasi fisiologi pada sistem pencernaan juga terjadi pada cacing Teredo navalis (hewan semacam kerang pengebor). Hewan ini sering disebut cacing kapal karena perusak kayu galangan kapal. Teredo navalis muda yang baru menetas mempunyai sepasang cangkok. Pada tepi cangkok terdapat gigi mirip kikir yang berfungsi mengebor kayu. Setelah dewasa, Teredo navalis menjadi makhluk mirip cacing. Pada saluran pencernaannya terdapat kelenjar yang menghasilkan enzim selulase. Dengan enzim itulah kayu-kayu yang telah dilumatkan dengan gigi kikirnya dapat dicernakan.             Gambar Teredo navalis a.       Adaptasi ikan terhadap salinitas Di alam terdapat dua macam perairan yang berbeda kadar garamnya, yaitu perairan laut dan perairan tawar. Air laut mempunyai kadar garam yang lebih tinggi daripada air tawar. Ikan yang hidup di air  tawar dan air laut masing-masing memiliki cara adaptasi yang khusus. Ikan air laut tidak dapat bertahan hidup, jika dipindahkan ke air tawar, demikian pula sebaliknya. Ikan air laut mempunyai cairan tubuh berkadar garam lebih rendah dibandingkan kadar garam di lingkungannya. Ikan tersebut beradaptasi dengan cara selalu minum dan mengeluarkan urin sangat sedikit. Hal itu bertujuan untuk menjaga jumlah cairan yang berada di sel-sel tubuhnya. Garam yang masuk bersama air akan dikeluarkan secara aktif melalui insang. Tekanan osmosis sel-sel tubuh ikan air tawar lebih tinggi dibandingkan tekanan osmosis air di lingkungannya, karena kadar garam sel tubuh ikan air tawar lebih tinggi daripada kadar garam air lingkungannya. Menurut hukum osmosis, larutan tekanan akan berpindah dari larutan yang bertekanan osmosis rendah (encer) ke larutan bertekanan osmosis tinggi (pekat). Dengan demikian banyak air yang masuk ke tubuh ikan melalui sel-sel tubuh ikan. Untuk menjaga agar cairan tubuhnya tetap seimbang, ikan tersebut beradaptasi dengan cara sedikit minum dan mengeluarkan banyak urin.       Mengapa ikan mas atau katak tidak mampu hidup di air laut, sebaliknya paus tidak mampu berada di kolam air tawar? Tekanan osmosis di dalam sel-sel tubuh ikan air tawar jauh lebih rendah dibanding tekanan osmosis ikan air laut. Akibatnya, apabila ikan air tawar dimasukkan ke dalam air laut, bentuk peradaptasiannya adalah minum air sebanyak-banyaknya agar cairan di dalam sel-sel tubuh yang keluar secara osmosis ke lingkungan dapat teratasi. Namun hal ini kan sulit terus dilakukan karena apabila tekanan osmosis cairan di dalam sel-sel tubuh terlalu rendah sel-sel tubu akan mengerut sehingga ikan air tawar tersebut mati.  1.      Adaptasi Tingkah Laku Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian diri terhadap lingkungan dengan mengubah tingkah laku supaya dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Beberapa contoh adaptasi tingkah laku sebagai berikut. a.       Mimikri Bunglon mengelabui musuhnya dengan mengubah warna kulitnya. Jika berada di dedaunan, warna kulit bunglon menjadi hijau. Sebaliknya, apabila di atanah warna kulit bunglon menjadi seperti tanah (kecoklatan). Perubahan warna kulit sesuai warna lingkungannta seperti yang dilakukan bunglon tersebut dinamakan mimikri           b.      Autotomi Cicak merupakan contoh hewan yang ekornya mudah putus. Dalam keadaan bahaya cicak mengelabui musuhnya dengan cara memutuskan ekornya, yang disebut autotomi. Jika seekor cicak dikejar oleh pemangsa, ekornya secara mendadak putus dan bergerak-gerak sehingga perhatian pemangsa akan tertuju pada ekor yang bergerak tersebut. Kesempatan itu digunakan cicak untuk menghindarkan diri dari kerajaran pemangsa. c.       Hibernasi Musim dingin adalah musim yang sangat dingin bagi hewan. Banyak hewan yang tidak dapat bertahan hidup pada musim yang keras ini. Beberapa hewan ada yang melewatinya dengan tetap giat mencari makan. Sementara itu hewan yang lain bertahan hidup dengan terlelap dalam suatu tidur khusus yang dinamakan hibernasi. Ciri-ciri hewan yang melakukan hibernasi, yaitu suhu tubuh rendah serta detak jantung dan pernapasan sangat lambat. Tujuannya untuk menghindari cuaca dingin, kekurangan makanan, dan menghemat energi. Contoh hewan yang melakukan hibernasi antara lain ular, kura-kura, ikan, dan bengkarung yang tetap tinggal di sarangnya selama musim dingin. d.      Estivasi Di beberapa belahan dunia cuaca yang sangat buruk adalah cuaca pada musim panas. Pada musim panas udara sangat panas dan kering. Beberapa hewan bergerak mencari tempat perlindungan dan tidur. Tidur di musim panas disebut estivasi. Kata ini berasal dari musim latin yang berarti musim panas. Tujuan melakukan estivasi adalah untuk menghindari panas yang tinggi dan kekurangan air. Lemur kerdil, kelelawar, dan beberapa jenis tupai adalah mamalia yang berestivasi untuk menghindari cuaca kering. Jenis tanaman jahe-jahean dan rerumputan melakukan estivasi di musim kemarau dengan mengeringkan dedaunannya. Adapun pohon jati melakukan estivasi di musim kering dengan menggugurkan seluruh daunnya. Hibernasi dan estivasi keduanya disebut dormansi. Jadi, dormansi merupakan masa istirahat bagi makhluk hidup untuk bertahan pada cuaca yang buruk.   e.       Adaptasi tingkah laku pada rayap Rayap adalah golongan serangga penghancur kayu. Mengapa rayap dengan mudah menghancurkan kayu? Rayap mampu mencerna kayu bukan karena mempunyai enzim yang dapat mencerna kayu, melainkan di dalam ususnya terdapat hewan flagellata yang mampu mencerna kayu. Hewan flagellata mampu menghasilkan enzim selulase. Secara periodik, rayap mengalami pengelupasan kulit. Pada saat kulit mengelupas usus bagian belakang ikut terkelupas, sehingga flagellata ikut terbawa oleh usus. Untuk mendapatkan kembali flagellata tersebut, rayap biasanya memakan kembali kelupasan kulitnya. Berbeda dengan rayap dewasa, rayap yang baru menetas suka menjilati dubur rayap dewasa untuk mendapatkan flagellata. f.       Adaptasi tingkah laku pada mamalia air Hewan vertebrata dari golongan mamalia dan reptilia yang hidup di dalam air tetap bernapas dengan paru-paru. Hal itu tampak jelas pada cara bernapasnya, misalnya paus. Setiap saat paus muncul ke permukaan air untuk menghirup udara sebanyak-banyaknya sampai paru-parunya penuh sekali, yaitu sekitar 3.550 liter. Setelah itu paus akan kembali menyelam ke dalam air. Dengan udara sebanyak itu, paus mampu bertahan selama kira-kira setengah jam di dalam air. Pada saat muncul kembali di permukaan air, hasil oksidasi biologi dihembuskan melalui lubang hidung, seperti pancaaran air mancur. Sisa oksidasi ini berupa karbondioksida yang jenuh dan uap air yang telah mengalami pengembuna : https://goo.gl/efW8Ef

Tidak ada komentar:

Posting Komentar